Imam Ahmad al Badawi
Syaikh
Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi lahir di Kota Fes, Maroko pada tahun
596 H./1199 M adalah seorang imam sufi, wali kutub dan mu'asis thariqah
Al-Badawiyah. Beliau dijuluki Al-Badawi selalu menutup wajahnya seperti
kebiasaan Arab Badui. Kakek beliau sebelumnya bermukim di Jazirah Arab.
Kakek beliau datang di Fes Maroko akibat semakin brutalnya aksi
Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi terhadap kalangan Alawiyin
Saat di Mekah ini keluarga Syekh Ahmad Badawi kedatangan seorang tamu misterius. Lelaki misterius ini, yang belum pernah bertemu Syekh Ahmad Badawi, mengemukakan detail ciri-ciri, tanda-tanda, dan kepribadian Syekh Badawi, dan bahkan mengutarakan berbagai kelebihannya dan kedudukannya di masa depan. Menurut lelaki itu, “Aku bermimpi bertemu Rasulullah saw, yang memberi tahuku bahwa dirinya (Syekh Ahmad Badawi) akan dikaruniai sebaik-baik ahwal (keadaan spiritual), dan darinya akan lahir banyak sebaik-baik rijal Allah (yakni Wali-wali Allah).” Bahkan lelaki misterius ini mengatakan bahwa Syekh Ahmad Badawi akan selalu menutup mukanya (gelar Badawi ini dikarenakan kebiasaannya menutup muka, seperti kebiasaan orang-orang badui – atau badwi dalam bahasa Arab).Sejak masih remaja Syekh Ahmad Badawi menunjukkan kemahirannya dalam menunggang kuda dan memainkan pedang. Pada periode ini pula beliau sudah tertarik dengan ajaran Tasawuf.
Guru pertamanya adalah Syekh Abdul Jalil ibn Abdurrahman an-Naisaburi. Beliau juga mendapat ijazah tarekat dari Syekh al-Birri al-Iraqi, seorang mursyid Tarekat Rifaiyyah. Sesudah beberapa waktu mendalami Tasawuf beliau lebih suka menyendiri dan berkhalwat. Riyadhah dan mujahadahnya tergolong luar biasa. Menurut satu riwayat beliau pernah 40 hari berpuasa tanpa putus. Selama riyadhah beliau tak pernah bicara dengan orang, dan kalau bertemu orang beliau menggunakan bahasa isyarat. Seluruh tarikan nafasnya diisi dengan zikir dan shalawat. Beliau juga sering berkhalwat di Jabal Abu Qubais. Beliau juga tak pernah melepaskan tutup wajahnya. Ini disebabkan beliau dikaruniai oleh cahaya ilahiah yang amat terang, sehingga bahkan mata dan wajahnya memancarkan cahaya.
Pada suatu malam pada bulan Syawal 633 H, beliau dikunjungi oleh ruh Sulthan al-Awliya Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan Syekh Ahmad Rifa’i. Kedua Wali Allah agung itu menyuruh Syekh Ahmad Badawi pergi ke Irak untuk menziarahi makam mereka dan juga makam wali-wali lain. Kemudian bersama kakaknya, Syekh Hasan, beliau berangkat menuju ke Irak. Syekh Ahmad Badawi menyempatkan diri berziarah ke Imam Musa al-Kazim, salah seorang leluhurnya. Selama perjalanan ziarah ini beliau mengalami banyak penyingkapan ilahiah dan anugerah berbagai ilmu rahasia ilahi yang tiada putus-putusnya.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan Syekh Ahmad Rifa’i akhirnya langsung menyambut beliau di alam arwah. Kedua wali agung itu menawarkan kepada beliau kunci-kunci kerajaan spiritual di Irak, Yaman, Rum (Turki), dan juga kunci kerajaan ruhani Timur dan Barat, karena keduanyalah yang memegang kunci-kunci itu. Namun Syekh Badawi menolaknya karena beliau akan mengambilnya langsung dari pemilik segala kunci, al-Fattah, yakni Allah swt.Penolakan ini bukan lantaran ketidaksopanan atau penentangan, tetapi karena pada saat itu Syekh Ahmad Badawi mengalami “jadzab”, tenggelam dalam kemabukan Ilahi sehingga beliau hanya menyaksikan Allah dengan segala Keagungan dan Keindahan-Nya.
Selepas melakukan perjalanan ziarah ke makam-makam Wali Allah, Syekh Ahmad Badawi dan Syekh Hasan(Kakak Syekh Ahmad Badawi) sempat diganggu dan diserang oleh para ahli sihir dan tenung. Tetapi berkat pertolongan Allah melalui kekuatan spiritualnya semua gangguan itu bisa diatasi. Syekh Ahmad Badawi kemudian menuju ke Umm Abidah, daerah asal Syekh Ahmad Rifa’i. Setelah dari sini Syekh Hasan pulang ke Mekah, sedangkan Syekh Ahmad Badawi melanjutkan ziarah ke makam Syekh Adi ibn Musafir al-Hakkari, pendiri Tarekat Adawiyyah. Sesudah itu barulah beliau kembali ke Mekah.
Ketika al-Badawi berada di sebuah desa dekat Mosul, terjadi perselisihan antara dirinya dengan seorang wanita bernama Fatimah. Wanita ini cantik dan kaya. Tetapi ia senang membuat lelaki jatuh cinta kepadanya. Demikian pula ia lakukan hal itu kepada Al-Badawi, tetapi ia tidak mampu, hingga ia merayu al-Badawi untuk menganinya. Diakhir cerita si wanita bertaubat di tangan al-Badawi.
Sekembali dari Irak pada tahun 635 H, Al-badawi mempunyai kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau semakin banyak melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering menengadahkan wajah ke langit. Fatimah saudara perempuan beliau mengadukan kepada kakaknya Hasan: "Wahai saudaraku! Sesungguhnya saudara kita Ahmad selalu qiyamullail sepanjang malam. Selalu mamandang langit dan siang hari ia berpuasa, hingga bulatan hitam matanya menjadi mereka bagaikan bara. Dia pernah selama 40 hari tidak makan dan tidak minum".
Hijrah ke Mesir
Pada tahun yang sama setelah pulang dari Irak, beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Mesir dengan tujuan kota Thantha. Perjalanan ini bukan hanya sebatas ziarah, tetapi sebuah hijrah berdasarkan mimpi beliau. Begitu Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani menuturkan.
Pada tahun 634 H beliau menerima hatif (bisikan ilahi) untuk pergi ke Mesir dan menetap di Tanta. Sesampainya di Tanta beliau tinggal di rumah Syekh Rukain ibn Syuhait. Syekh Rukain sendiri telah diberitahu oleh seorang Wali Allah bernama Syekh Salim al-Maghribi bahwa Syekh Ahmad Badawi akan datang dan akan tinggal di rumah Syekh Rukain. Di atas rumah Syekh Rukain ini Syekh Ahmad Badawi melakukan khalwat 40 hari 40 malam dan terus-menerus memandang langit, bahkan di siang hari sekalipun. Karenanya, sekeluarnya dari tempat khalwat ini kornea matanya menjadi berwarna merah membara, laksana menyala bak api, karena menatap matahari setiap hari.
Sebenarnya terdapat banyak pendapat ulama tentang alasan Al-Badawi hijrah ke Mesir, dan menetap di Thantha. Dikatakan bahwa beliau mempunyai pemikiran bahwa secara geografis Thantha berada di tengah diantara Kairo dan Iskandariyah, yakni berada tepat di tengah Delta sungai Nil. Dengan letak yang seperti ini, diharapkan penyebaran thariqah yang beliau bangun dapat cepat menyebar, ketika beliau menetap di sana.
Di Thanta beliau menetap di rumah seorang saudagar bernama Ibnu Syuhaith atau Ruknuddin. Beliau menetap di loteng rumah yang berdekatan dengan masjid Al-Bahiy ini hingga selama 12 tahun dan seluruhnya dihabiskan dengan tidak makan dan minum setiap 40 hari.
Dalam kitab-kitab tashawuf, disebutkan karama-karamah yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Al-Badawi. Diantaranya yang paling masyhur adalah beliau mampu membebaskan para tawanan Mesir dari tangan tentara Eropa saat terjadi perang Salib. Atas kejadian ini dalam catatan sejarah Mesir terkenal sebuah ucapan, yaitu "Allah, Allah, Ya Badawi, Jabil Yusra", yang berarti Al-Badawi telah datang membawa tawanan.
Saat ini di Thantha, setiap tahun ada dua peringatan untuk mengenang beliau, yaitu di bulan April dan bulan Oktober. Peringatan di bulan Oktober ini adalah peringatan kelahiran beliau, yang merupakan peringatan terbesar di Mesir secara umum. Pada saat iru sekitar dua juta peziarah memenuhi masjid beliau yang berada di tengah di kota Thantha.
Manakib Syeikh Ahmad Al Badawi
Syekh
Al-Sayyid Ahmad Al-Badawi tergolong Wali Allah yang menempati maqam
Quthb al-Awliya al-Ghauts al-‘Adzhim, ahli Futuwwah terbesar di Mesir,
yang kemasyhurannya dikenal oleh banyak orang. Beliau juga terkenal
sebagai Wali pelindung anak-anak. Makamnya di kota Tanta menjadi pusat
ziarah utama di Mesir. Diyakini Allah Yang Maha Tinggi mengabulkan
doa-doa dari mereka yang berziarah di makamnya, lantaran berkah dan
karamah Wali Allah ini. Perayaan Maulid Syekh Ahmad al-Badawi senantiasa
dihadiri oleh setidaknya dua juta orang.
Syekh Ahmad Badawi adalah mu'asis Tarekat Badawiyyah. Gelarnya banyak sekali, mencapai 29 buah gelar, diantaranya adalah Syihabudiin, Al-Aqthab, Abu al-Fityah, Syaikh al-Arab, Qutb an-Nabawy, Shahibul Barakat wa al-Karamat, dan sebagainya.
Nasab Al-Badawi dari jalur ayah sampai
kepada sayyidina Husein bin Ali, bin Fathimah Az-Az-Zahra' binti
Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam. Berdasarkan kesepakatan ulama
nasab, dan ahli sejarah, Menurut penulis terkenal Muslim al-Sayyid Muhammad al Murtadā -Zabīdī (w. 1205 H.), secara lengkap nasab beliau adalah Ahmad
bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Ismail bin Umar bin Ali bin
Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin
Muhammad bin Hasan bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin Muhammad
al-Jawwad bin Ali Ridlo bin Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin
Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Hasan bin Ali bin Abi
Thalib. Syekh Ahmad Badawi adalah mu'asis Tarekat Badawiyyah. Gelarnya banyak sekali, mencapai 29 buah gelar, diantaranya adalah Syihabudiin, Al-Aqthab, Abu al-Fityah, Syaikh al-Arab, Qutb an-Nabawy, Shahibul Barakat wa al-Karamat, dan sebagainya.
Al-Sayyid
Ahmad al-Badawi adalah bungsu dari tujuh anak dari al-Sayyid 'Alī
(Radhiyallah Anhu). Saudara kandungnya al-Hasan (yang tertua, lahir di
583 H), Muhammad, Fatimah, Zainab, Ruqayyah, dan Fiddah.
Syekh Ahmad al-Badawi adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ketika Syekh Ahmad Badawi berusia tujuh tahun, sang ayah mendengar perintah Tuhan lewat mimpinya untuk pindah ke Mekah.Selama di Mekah ini Syekh Ahmad Badawi yang usianya masih sekitar 12 tahun memperdalam ilmu agamanya, dan berhasil menghafal al-Qur’an dan menguasai tujuh cara qira’at atau bacaannya. Beliau mendalami fiqh mazhab Imam Syafi’i.
Beliau
hijrah ke Mekah saat berumur 7 tahun (Tahun 603 H./1206 M), dimana
perjalanan kesana memakan waktu empat tahun, tiga tahun diantaranya
beliau bermukim di Mesir. Di Mekah berdasarkan sumber-sumber dari
kalangan shufiyah, beliau selalu beristiqamah melakukan thawaf semenjak
kecil, setelah itu beliau masuk ke sebuah gua di gunung Abil Qubais
untuk melakukan Ibadah. Amalan ini beliau lakukan hingga belaiu berumur
38 tahun saat beliau melakukan safar ke Irak, bersama kakak kandungnya,
Hasan.Syekh Ahmad al-Badawi adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ketika Syekh Ahmad Badawi berusia tujuh tahun, sang ayah mendengar perintah Tuhan lewat mimpinya untuk pindah ke Mekah.Selama di Mekah ini Syekh Ahmad Badawi yang usianya masih sekitar 12 tahun memperdalam ilmu agamanya, dan berhasil menghafal al-Qur’an dan menguasai tujuh cara qira’at atau bacaannya. Beliau mendalami fiqh mazhab Imam Syafi’i.
Saat di Mekah ini keluarga Syekh Ahmad Badawi kedatangan seorang tamu misterius. Lelaki misterius ini, yang belum pernah bertemu Syekh Ahmad Badawi, mengemukakan detail ciri-ciri, tanda-tanda, dan kepribadian Syekh Badawi, dan bahkan mengutarakan berbagai kelebihannya dan kedudukannya di masa depan. Menurut lelaki itu, “Aku bermimpi bertemu Rasulullah saw, yang memberi tahuku bahwa dirinya (Syekh Ahmad Badawi) akan dikaruniai sebaik-baik ahwal (keadaan spiritual), dan darinya akan lahir banyak sebaik-baik rijal Allah (yakni Wali-wali Allah).” Bahkan lelaki misterius ini mengatakan bahwa Syekh Ahmad Badawi akan selalu menutup mukanya (gelar Badawi ini dikarenakan kebiasaannya menutup muka, seperti kebiasaan orang-orang badui – atau badwi dalam bahasa Arab).Sejak masih remaja Syekh Ahmad Badawi menunjukkan kemahirannya dalam menunggang kuda dan memainkan pedang. Pada periode ini pula beliau sudah tertarik dengan ajaran Tasawuf.
Guru pertamanya adalah Syekh Abdul Jalil ibn Abdurrahman an-Naisaburi. Beliau juga mendapat ijazah tarekat dari Syekh al-Birri al-Iraqi, seorang mursyid Tarekat Rifaiyyah. Sesudah beberapa waktu mendalami Tasawuf beliau lebih suka menyendiri dan berkhalwat. Riyadhah dan mujahadahnya tergolong luar biasa. Menurut satu riwayat beliau pernah 40 hari berpuasa tanpa putus. Selama riyadhah beliau tak pernah bicara dengan orang, dan kalau bertemu orang beliau menggunakan bahasa isyarat. Seluruh tarikan nafasnya diisi dengan zikir dan shalawat. Beliau juga sering berkhalwat di Jabal Abu Qubais. Beliau juga tak pernah melepaskan tutup wajahnya. Ini disebabkan beliau dikaruniai oleh cahaya ilahiah yang amat terang, sehingga bahkan mata dan wajahnya memancarkan cahaya.
Pada suatu malam pada bulan Syawal 633 H, beliau dikunjungi oleh ruh Sulthan al-Awliya Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan Syekh Ahmad Rifa’i. Kedua Wali Allah agung itu menyuruh Syekh Ahmad Badawi pergi ke Irak untuk menziarahi makam mereka dan juga makam wali-wali lain. Kemudian bersama kakaknya, Syekh Hasan, beliau berangkat menuju ke Irak. Syekh Ahmad Badawi menyempatkan diri berziarah ke Imam Musa al-Kazim, salah seorang leluhurnya. Selama perjalanan ziarah ini beliau mengalami banyak penyingkapan ilahiah dan anugerah berbagai ilmu rahasia ilahi yang tiada putus-putusnya.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan Syekh Ahmad Rifa’i akhirnya langsung menyambut beliau di alam arwah. Kedua wali agung itu menawarkan kepada beliau kunci-kunci kerajaan spiritual di Irak, Yaman, Rum (Turki), dan juga kunci kerajaan ruhani Timur dan Barat, karena keduanyalah yang memegang kunci-kunci itu. Namun Syekh Badawi menolaknya karena beliau akan mengambilnya langsung dari pemilik segala kunci, al-Fattah, yakni Allah swt.Penolakan ini bukan lantaran ketidaksopanan atau penentangan, tetapi karena pada saat itu Syekh Ahmad Badawi mengalami “jadzab”, tenggelam dalam kemabukan Ilahi sehingga beliau hanya menyaksikan Allah dengan segala Keagungan dan Keindahan-Nya.
Selepas melakukan perjalanan ziarah ke makam-makam Wali Allah, Syekh Ahmad Badawi dan Syekh Hasan(Kakak Syekh Ahmad Badawi) sempat diganggu dan diserang oleh para ahli sihir dan tenung. Tetapi berkat pertolongan Allah melalui kekuatan spiritualnya semua gangguan itu bisa diatasi. Syekh Ahmad Badawi kemudian menuju ke Umm Abidah, daerah asal Syekh Ahmad Rifa’i. Setelah dari sini Syekh Hasan pulang ke Mekah, sedangkan Syekh Ahmad Badawi melanjutkan ziarah ke makam Syekh Adi ibn Musafir al-Hakkari, pendiri Tarekat Adawiyyah. Sesudah itu barulah beliau kembali ke Mekah.
Kembali di Makkah
al-Mukarramah, al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) melaporkan
kepada saudaranya al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah Anhu) pada penawaran
dari kunci ke kerajaan rohani oleh dua kutub spiritual al -Syaikh 'Abd
al-Qadir al-Jilani (Radi Allah Anhu) dan al-Syaikh Ahmad al-Rifā'ī (Radi
Allah Anhu).
" Al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah Anhu) kepada adiknya, "Sesungguhnya, mengundang orang ke jalan Allah adalah kunci untuk kebaikan. Apa al-Syaikh 'Abd al-Qadir al-Jilani (Radi Allah Anhu) dan al-Syaikh Ahmad al-Rifā'ī (Radi Allah Anhu) yang ingin adalah bahwa Anda mengikuti jalan mereka dalam mengundang orang kepada Allah Dan jalan mereka adalah tidak lain daripada mengikuti Quran dan Sunnah.. Ini adalah jalan yang benar (ţarīqah) dalam Islam. "
Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) sependapat dengan dan menghargai penjelasan yang diberikan oleh kakaknya al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah Anhu).
Dia memiliki hati yang berani, dan disebut al-Badawi karena gagap nya. Ketika karunia ilahi datang kepadanya, dia tenggelam dalam penyerapan lengkap kepada Allah, hidupnya sepenuhnya berubah. Ia diasingkan perusahaan orang; diadakan untuk diam, dan berkomunikasi hanya melalui gerakan. (Satu baris ditinggalkan).
Dalam tidurnya ia melihat tiga kali seseorang berkata, "Berdirilah dan pergi ke tempat matahari terbit. Jika Anda mencapai sana, lalu pergi ke tempat matahari terbenam. Kemudian perjalanan ke Tanta, karena pasti ini adalah tempat Anda, hai orang muda! "Ini dalam Syawal, 633 H.
Dia pergi ke Irak di mana dia disambut oleh Syaikh, baik yang hidup dan mati. Dia mengambil pada Kharqa diberkati sufi melalui izin dari Syaikh Bari (Radi Allah Anhu) yang diterima dari Na'im al-Baghdadi (Radi Allah Anhu) yang pada gilirannya menerima dari Syaikh Ahmad al-Rafa'I (Radi Allah Anhu ), semoga Allah senang dengan mereka semua. Setelah mencapai Tanta, al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) tinggal di rumah seorang pedagang dengan nama Rukain (juga dikenal sebagai Ruknuddīn) Shuhaiţ bin.
Al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) diterima dengan sangat baik di Tanta. Banyak orang datang mengunjunginya, karena mereka diuntungkan dari kehadiran dan ajarannya, dan juga dari barākah yang mengalir melalui dia. It " Dilaporkan bahwa al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) pernah berkata, "The spiritual orang miskin (al-fuqarā ') adalah seperti buah zaitun antara mereka adalah orang-orang besar dan di antara mereka adalah orang-orang kecil.. Untuk mereka yang tidak memiliki "minyak", Aku akan menjadi "minyak" Aku akan membantu mereka dalam semua urusan mereka dan saya juga akan membantu mereka mengatasi kesulitan mereka.. Tidak pada upaya sendiri dan kekuatan, tetapi melalui barākah Nabi , semoga Allah pancuran berkat dan damai atas dia dan anggota keluarganya. "
Di
Irak beliau menziarahi berbagai kota tempat bermukim atau bersemayamnya
para ulama, diantaranya ke Kota Syaikh Ahmad bin Ali Ar-Rifa'i, pusat
thariqah Rifa'iyah. Juga ke makam Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, kemudia
ke makam Syaikh Adiy bin Musafir Al-Hikari mu'assis thariqah
Al-Adawiyah." Al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah Anhu) kepada adiknya, "Sesungguhnya, mengundang orang ke jalan Allah adalah kunci untuk kebaikan. Apa al-Syaikh 'Abd al-Qadir al-Jilani (Radi Allah Anhu) dan al-Syaikh Ahmad al-Rifā'ī (Radi Allah Anhu) yang ingin adalah bahwa Anda mengikuti jalan mereka dalam mengundang orang kepada Allah Dan jalan mereka adalah tidak lain daripada mengikuti Quran dan Sunnah.. Ini adalah jalan yang benar (ţarīqah) dalam Islam. "
Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) sependapat dengan dan menghargai penjelasan yang diberikan oleh kakaknya al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah Anhu).
Dia memiliki hati yang berani, dan disebut al-Badawi karena gagap nya. Ketika karunia ilahi datang kepadanya, dia tenggelam dalam penyerapan lengkap kepada Allah, hidupnya sepenuhnya berubah. Ia diasingkan perusahaan orang; diadakan untuk diam, dan berkomunikasi hanya melalui gerakan. (Satu baris ditinggalkan).
Dalam tidurnya ia melihat tiga kali seseorang berkata, "Berdirilah dan pergi ke tempat matahari terbit. Jika Anda mencapai sana, lalu pergi ke tempat matahari terbenam. Kemudian perjalanan ke Tanta, karena pasti ini adalah tempat Anda, hai orang muda! "Ini dalam Syawal, 633 H.
Dia pergi ke Irak di mana dia disambut oleh Syaikh, baik yang hidup dan mati. Dia mengambil pada Kharqa diberkati sufi melalui izin dari Syaikh Bari (Radi Allah Anhu) yang diterima dari Na'im al-Baghdadi (Radi Allah Anhu) yang pada gilirannya menerima dari Syaikh Ahmad al-Rafa'I (Radi Allah Anhu ), semoga Allah senang dengan mereka semua. Setelah mencapai Tanta, al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) tinggal di rumah seorang pedagang dengan nama Rukain (juga dikenal sebagai Ruknuddīn) Shuhaiţ bin.
Al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) diterima dengan sangat baik di Tanta. Banyak orang datang mengunjunginya, karena mereka diuntungkan dari kehadiran dan ajarannya, dan juga dari barākah yang mengalir melalui dia. It " Dilaporkan bahwa al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) pernah berkata, "The spiritual orang miskin (al-fuqarā ') adalah seperti buah zaitun antara mereka adalah orang-orang besar dan di antara mereka adalah orang-orang kecil.. Untuk mereka yang tidak memiliki "minyak", Aku akan menjadi "minyak" Aku akan membantu mereka dalam semua urusan mereka dan saya juga akan membantu mereka mengatasi kesulitan mereka.. Tidak pada upaya sendiri dan kekuatan, tetapi melalui barākah Nabi , semoga Allah pancuran berkat dan damai atas dia dan anggota keluarganya. "
Ketika al-Badawi berada di sebuah desa dekat Mosul, terjadi perselisihan antara dirinya dengan seorang wanita bernama Fatimah. Wanita ini cantik dan kaya. Tetapi ia senang membuat lelaki jatuh cinta kepadanya. Demikian pula ia lakukan hal itu kepada Al-Badawi, tetapi ia tidak mampu, hingga ia merayu al-Badawi untuk menganinya. Diakhir cerita si wanita bertaubat di tangan al-Badawi.
Sekembali dari Irak pada tahun 635 H, Al-badawi mempunyai kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau semakin banyak melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering menengadahkan wajah ke langit. Fatimah saudara perempuan beliau mengadukan kepada kakaknya Hasan: "Wahai saudaraku! Sesungguhnya saudara kita Ahmad selalu qiyamullail sepanjang malam. Selalu mamandang langit dan siang hari ia berpuasa, hingga bulatan hitam matanya menjadi mereka bagaikan bara. Dia pernah selama 40 hari tidak makan dan tidak minum".
Hijrah ke Mesir
Pada tahun yang sama setelah pulang dari Irak, beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Mesir dengan tujuan kota Thantha. Perjalanan ini bukan hanya sebatas ziarah, tetapi sebuah hijrah berdasarkan mimpi beliau. Begitu Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani menuturkan.
Pada tahun 634 H beliau menerima hatif (bisikan ilahi) untuk pergi ke Mesir dan menetap di Tanta. Sesampainya di Tanta beliau tinggal di rumah Syekh Rukain ibn Syuhait. Syekh Rukain sendiri telah diberitahu oleh seorang Wali Allah bernama Syekh Salim al-Maghribi bahwa Syekh Ahmad Badawi akan datang dan akan tinggal di rumah Syekh Rukain. Di atas rumah Syekh Rukain ini Syekh Ahmad Badawi melakukan khalwat 40 hari 40 malam dan terus-menerus memandang langit, bahkan di siang hari sekalipun. Karenanya, sekeluarnya dari tempat khalwat ini kornea matanya menjadi berwarna merah membara, laksana menyala bak api, karena menatap matahari setiap hari.
Sebenarnya terdapat banyak pendapat ulama tentang alasan Al-Badawi hijrah ke Mesir, dan menetap di Thantha. Dikatakan bahwa beliau mempunyai pemikiran bahwa secara geografis Thantha berada di tengah diantara Kairo dan Iskandariyah, yakni berada tepat di tengah Delta sungai Nil. Dengan letak yang seperti ini, diharapkan penyebaran thariqah yang beliau bangun dapat cepat menyebar, ketika beliau menetap di sana.
Di Thanta beliau menetap di rumah seorang saudagar bernama Ibnu Syuhaith atau Ruknuddin. Beliau menetap di loteng rumah yang berdekatan dengan masjid Al-Bahiy ini hingga selama 12 tahun dan seluruhnya dihabiskan dengan tidak makan dan minum setiap 40 hari.
Dalam kitab-kitab tashawuf, disebutkan karama-karamah yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Al-Badawi. Diantaranya yang paling masyhur adalah beliau mampu membebaskan para tawanan Mesir dari tangan tentara Eropa saat terjadi perang Salib. Atas kejadian ini dalam catatan sejarah Mesir terkenal sebuah ucapan, yaitu "Allah, Allah, Ya Badawi, Jabil Yusra", yang berarti Al-Badawi telah datang membawa tawanan.
Saat ini di Thantha, setiap tahun ada dua peringatan untuk mengenang beliau, yaitu di bulan April dan bulan Oktober. Peringatan di bulan Oktober ini adalah peringatan kelahiran beliau, yang merupakan peringatan terbesar di Mesir secara umum. Pada saat iru sekitar dua juta peziarah memenuhi masjid beliau yang berada di tengah di kota Thantha.
Kota Fas rupanya beruntung sekali karena pernah melahirkan sang manusia langit yang namanya semerbak di dunia sufi pada tahun 596 H. Sang sufi yang mempunyai nama lengkap Ahmad bin Ali Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakr al-Badawi ini ternyata termasuk zurriyyah baginda Nabi, karena nasabnya sampai pada Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Talib, suami sayyidah Fatimah binti sayyidina Nabi Muhammad SAW.
Keluarga Badawi sendiri bukan penduduk asli Fas (sekarang termasuk kota di Maroko). Mereka berasal dari Bani Bara, suatu kabilah Arab di Syam sampai akhirnya tinggal di Negara Arab paling barat ini. Di sinilah Badawi kecil menghafal al-Qur'an mengkaji ilmu-ilmu agama khususnya fikih madzhab syafi'i. Pada tahun 609 H ayahnya membawanya pergi ke tanah Haram bersama saudara-saudaranya untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka tinggal di Makkah selama beberapa tahun sampai ajal menjemput sang ayah pada tahun 627 H dan dimakamkan di Ma'la.
Badawi masuk Mesir
Sang sufi yang selalu mengenakan tutup muka ini suatu ketika ber-khalwat selama empat puluh hari tidak makan dan minum. Waktunya dihabiskan untuk meihat langit. Kedua matanya bersinar bagai bara. Sekonyong-konyong ia mendengar suara tanpa rupa. "Berdirilah !" begitu suara itu terus menggema, Carilah tempat terbitnya matahari. Dan ketika kamu sudah menemukannya, carilah tempat terbenamnya matahari. Kemudian...beranjaklah ke Thantha, suatu kota yang ada di propinsi Gharbiyyah, Mesir. Di sanalah tempatmu wahai pemuda".
Suara tanpa rupa itu seakan membimbingnya ke Iraq. Di sana ia bertemu dengan dua orang yang terkenal yaitu Syekh Abdul Kadir al-Jailani dan ar-Rifa'i. "Wahai Ahmad " begitu kedua orang itu berkata kepada Ahmad al-Badawi seperti mengeluarkan titah. " Kunci-kunci rahasia wilayah Iraq, Hindia, Yaman, as-Syarq dan al-Gharb ada di genggaman kita. Pilihlah mana yang kamu suka ". Tanpa disangka-sangka al-Badawi menjawab, "Saya tidak akan mengambil kunci tersebut kecuali dari Dzat Yang Maha Membuka.
Perjalanan selanjutnya adalah Mesir negeri para nabi dan ahli bait. Badawi masuk Mesir pada tahun 34 H. Di sana ia bertemu dengan al-Zahir Bibers dengan tentaranya. Mereka menyanjung dan memuliakan sang wali ini. Namun takdir menyuratkan lain, ia harus melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimaksud oleh bisikan gaib, Thantha, satu kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh dunia. Di sana ia menjumpai para wali, seperti Syaikh Hasan al-Ikhna`i, Syaikh Salim al- Maghribi dan Syaikh Salim al-Badawi. Di sinilah ia menancapkan dakwahnya, menyeru pada agama Allah, takut dan senantiasa berharap hanya kepada-Nya.
Badawi yang alim
Dalam perjalanan hidupnya sebagai anak manusia ia pernah dikenal sebagai orang yang pemarah, karena begitu banyaknya orang yang menyakit. Tapi rupanya keberuntungan dan kebijakan berpihak pada anak cucu Nabi ini. Marah bukanlah suatu penyelesaian terhadap masalah bahkan menimbulkan masalah baru yang bukan hanya membawa madarat pada orang lain, tapi diri sendiri. Diam, menyendiri, merenung, itulah sikap yang dipilih selanjutnya. Dengan diam orang lebih bisa banyak mendengar. Dengan menyendiri orang semakin tahu betapa rendah, hina dan perlunya diri ini akan gapaian tangan-tangan Yang Maha Asih. Dengan merenung orang akan banyak memperoleh nilai-nilai kebenaran. Dan melalui sikap yang mulia ini ia tenggelam dalam zikir dan belaian Allah SWT.
Laksana laut, diam tenang tapi dalam dan penuh bongkahan mutiara, itulah al-Badawi. Syaikh Ibrahim al-Matbuli.rhm dalam hal ini memberi kesaksian, "Rasulullah SAW bersabda kepadaku, " Setelah Muhammad bin Idris as-Syafiiy tidak ada wali di Mesir yang fatwanya lebih berpengaruh dari pada Syaikh Ahmad Badawi, Sayidah Nafisah, Syaikh Syarafuddin al-Kurdi kemudian al-Manufi."
Suatu ketika Ibnu Daqiq al-'Id mengutus Abdul Aziz al- Darini untuk menguji Ahmad Badawi dalam berbagai permasalahan. Dengan tenang dia menjawab, "Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu terdapat dalam kitab "Syajaratul Ma'arif" karya Syaikh Izzuddin bin Abdus Salam.
Perjalanan Spiritual Quthb al-Ghauts Ahmad al-Badawi
Ahmad al-Badawi berusaha mendekati Tuhannya sampai mencapai pintu Kehadirat Ilahi, lalu dia berkata, 'Ya Tuhanku! Bukakanlah pintu ini untukku.' Tetapi
dia tidak mendapat jawaban. Dia mencobanya berulang-ulang sampai
akhirnya dia bertemu 'secara tidak sengaja' dengan seseorang. Saya
bilang 'tidak sengaja' tetapi sebetulnya itu sudah direncanakan dengan
sangat rapi, karena itu adalah Kehendak Allah untuk mengujinya. Dia
bertemu orang itu di jalan, seseorang yang kelihatannya biasa saja.
Orang itu lalu memanggilnya, 'Hei Ahmad!' bahkan dia tidak menyebutnya
'Syaikh Ahmad!' sebagai tanda penghormatan. Dia berkata, 'Wahai
Ahmad! Engkau perlu kunci untuk mencapai kehadirat Ilahi? Aku punya
kuncinya dan jika Kau mau, datanglah kepadaku dan akan kuberikan
kepadamu.'
Banyak di antara kita yang menolak fakta atau kenyataan karena merasa bangga terhadap ilmunya, walaupun dia tahu sebenarnya itu adalah jalan yang benar. Mereka tidak menerima sebab ego mereka mengatakan, 'tidak!'. Ego Syaikh Ahmad berkata kepadanya, "Bagaimana mungkin Engkau menerima sesuatu darinya? Jangan menerima kunci darinya. Terimalah langsung dari Tuhan." Lalu dia berkata, "Wahai Saudaraku, Aku tidak akan menerima kunci darimu, tidak juga dari orang lain, kecuali dari Sang Pembuat Kunci. Siapa Engkau. Engkau bukan siapa-siapa."
Selanjutnya Ahmad Badawi berusaha untuk mencapai Kehadirat Ilahi sampai dia mendengar Tuhan berbicara kepadanya,
Banyak di antara kita yang menolak fakta atau kenyataan karena merasa bangga terhadap ilmunya, walaupun dia tahu sebenarnya itu adalah jalan yang benar. Mereka tidak menerima sebab ego mereka mengatakan, 'tidak!'. Ego Syaikh Ahmad berkata kepadanya, "Bagaimana mungkin Engkau menerima sesuatu darinya? Jangan menerima kunci darinya. Terimalah langsung dari Tuhan." Lalu dia berkata, "Wahai Saudaraku, Aku tidak akan menerima kunci darimu, tidak juga dari orang lain, kecuali dari Sang Pembuat Kunci. Siapa Engkau. Engkau bukan siapa-siapa."
Selanjutnya Ahmad Badawi berusaha untuk mencapai Kehadirat Ilahi sampai dia mendengar Tuhan berbicara kepadanya,
"Wahai Ahmad, kehidupan ini adalah kehidupan yang berisi sebab dan akibat. Aku tidak akan memberimu kunci. Sesuai Kehendakku kunci untukmu berada pada orang itu. Pergilah dan dapatkan kunci itu darinya."Sekarang persoalannya sudah selesai. Dia mendengarnya langsung dari Tuhannya, dan dia menerimanya. Sekarang dia harus mencari pemandunya tadi. Tetapi sang pemandu telah lenyap. Dia telah meninggalkannya. Ternyata orang tersebut adalah Pemandunya, Mursyidnya, yang Allah kirimkan untuknya.
Selama
enam bulan kemudian, sang pemandu itu mengamati hati Ahmad secara
rahasia, melihat bahwa dia mencarinya dan berdo'a kepada Tuhan siang dan
malam, "Ya Tuhanku kirimkanlah orang itu kembali kepadaku," sampai akhirnya dia bisa menemukannya kembali. Dengan segera orang itu membuka tabir yang ada pada dirinya selama ini.
Jadi sang pemandu membuka tabir dan menampakkan dirinya di hadapan Ahmad. Syaikh Ahmad al-Badawi berkata, "Wahai Syaikhku! Aku menemukanmu." Dia tidak menemukannya tetapi sang pemandulah yang menghilangkan tabirnya. Tetapi tetap saja dia berpikir bahwa dia telah menemukannya. Dia berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menerimamu sebagai pemanduku."
Sang pemandu menjawab,
Jadi sang pemandu membuka tabir dan menampakkan dirinya di hadapan Ahmad. Syaikh Ahmad al-Badawi berkata, "Wahai Syaikhku! Aku menemukanmu." Dia tidak menemukannya tetapi sang pemandulah yang menghilangkan tabirnya. Tetapi tetap saja dia berpikir bahwa dia telah menemukannya. Dia berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menerimamu sebagai pemanduku."
Sang pemandu menjawab,
"Jika engkau menerimaku sebagai pemandumu sekarang, engkau harus pasrah, menyerahkan diri, dan menyerahkan seluruh kehendakmu kepadaku. Engkau tidak diperkenankan mempunyai kemauan selama bersamaku. Engkau telah membangun ilmu pengetahuanmu pada sebuah pondasi yang lemah yang hanya dengan satu tiupan angin dari ego, dia akan jatuh. Aku harus membangun pondasi yang kuat bagimu. Jadi, lihatlah ke dalam mataku"
Syaikh
Ahmad Badawi melihat ke matanya dan pemandu itu dengan segera menghapus
seluruh pengetahuan yang telah dipelajari oleh Ahmad al-Badawi,
pengetahuan yang berasal dari buku-buku. Pengetahuan melalui buku-buku
maksudnya ada banyak hal yang berasal dari ego si penulis. Maka dia
menghilangkan pengetahuan itu dari hati Ahmad dan kemudian lenyap. Dia
meninggalkannya selama 6 bulan lagi bahkan dalam keadaan tidak tahu
bagaimana mengucapkan, 'bismillahir rahmaanir rahiim,' bahkan Ahmad Badawi tidak mengetahui bagaimana mengucapkan Nama Allah.
Orang-orang di kota kini mengejek Ahmad al-Badawi, yang kelihatannya seperti orang gila setelah sebelumnya menjadi ulama yang terkemuka. Karena keterbatasan pengetahuan spiritual mereka, mereka berpikir bahwa dia benar-benar sakit. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa dia mengikuti seseorang yang membuatnya gila, tetapi Ahmad al-Badawi tahu bahwa dia telah mendengar suara Tuhannya yang mengatakan bahwa, "Kuncimu ada pada orang itu." Tidak ada yang membuatnya gila. Dia mengikuti orang itu.
Tetapi bila dia menerimanya sejak awal, ketika pemandu itu datang untuk pertama kalinya atas Kehendak Allah, dia tidak harus melewati ujian ini. Jadi mengapa kalian membuat diri kalian harus melewati ujian yang sama? Bila kalian menemukan kebenaran, seorang pemandu yang benar, terimalah dia dengan segera! Jangan bermain-main dengan ego kalian.
Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi dan muncul kembali di waktu yang lain. Dalam kurun waktu tersebut Ahmad al-Badawi terus mencarinya dan ketika dia bertemu kembali, Ahmad al-Badawi berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menemukanmu lagi." Saat itu sang pemandu memandang mata Ahmad al-Badawi dan memancarkan sesuatu dari lubuk hatinya kepada hati Ahmad al-Badawi melalui matanya. Pada saat itu terjadi transfer pengetahuan internal spritual, pengetahuan dari Kitab Allah dan rahasia-rahasianya. Pemandu itu melakukannya 3 kali sampai mata Ahmad al-Badawi memancarkan sinar yang begitu kuat bahkan orang tidk akan kuat melihat matanya. Oleh sebab itu dia menutup wajahnya dengan cadar. Saat itulah dia bisa memasuki Kehadirat Ilahi dan dia menerima kuncinya.
Tanpa bantuan pemandu sejati (Mursyid Kamil), kalian tidak akan bisa mencapai Kehadirat Nya. Dialah yang akan membukakan pintu bagimu ke mana pun kalian akan pergi. Ahmad al-Badawi adalah seorang ulama besar yang mengetahui banyak hal. Dia bangga dengan pengetahuannya itu dan tidak mau menerima pelajaran dari orang lain. Dia hanya mau mengambil langsung dari posisi Yang Maha Tinggi. Dia tidak melihat ada yang lebih tinggi darinya kecuali Tuhan.
Bagaimana mungkin dia akan mengambil pelajaran dari orang lain? Berarti tidak ada sifat rendah hati pada dirinya. Dia telah kehilangan satu dari tiga karakteristik yang diperlukan oleh hamba Allah. Dia mempunyai rasa hormat, dia juga mencintai sesamanya, tetapi dia tidak mempunyai kerendahan hati untuk menerima nasihat dari orang lain. Dan karena dia telah kehilangan satu karakteristik itu, seolah-olah dia tidak mengalami kemajuan lagi.
Seorang Wali, seorang guru harus memiliki karakteristik hormat, cinta dan rendah hati. Jika kalian melihat salah satunya tidak ada, maka dia bukanlah seorang pemandu sejati. Dia hanya akan membawa kalian ke jarak tertentu seperti yang kita lihat pada diri Ahmad al-Badawi yang bisa mencapai Tuhan sampai pada jarak tertentu, namun tidak bisa membukanya. Dia membutuhkan seseorang yang mempunyai kunci tetapi ketika ditemukan dia tidak menerimanya langsung karena kesombongannya. Dia terlalu banyak memikirkan dirinya. Akhirnya dia menerima juga setelah mendengar langsung dari Tuhannya, tetapi dia harus melewati ujian tertentu. Jika pada mulanya dia langsung menerimanya tanpa melalui rasa bangga terhadap dirinya, pintu itu segera terbuka baginya tanpa harus melewati ujian selama 2 tahun.
Bila kalian menemukan seorang pemandu dan hatimu merasa senang dengan kehadirannya, jangan dengarkan egomu. Katakan kepada ego, "Kau salah! Apa ruginya jika Aku menerimanya sebagai guru?" Kalian tidak akan kehilangan apa pun. Bila kalian menunjukkan sifat rendah hati, ini cukup bagi Allah untuk menaikkan kalian. Jika Saya datang dan mengatakan, 'Si Anu dan si Anu' adalah Syaikh Saya, dan Saya telah berbay'at dengannya. Apa salahnya? Saya menerimanya dan Saya menunjukkan kerendahan hati, Allah akan menaikkan Saya.
Mempunyai sifat rendah hati adalah sangat penting. Jika kalian bersifat rendah hati, kalian akan menerima semua orang sebab setiap orang dapat menjadi pemandu bagimu. Ada sebuah peribahasa di Turki yang berupa pertanyaan kepada seseorang yang baik, "Dari mana Engkau belajar perilaku yang sempurna dalam masyarakat?" jawabnya, "Dari orang-orang yang bersalah. Aku mengamatinya, melihat kesalahan yang mereka lakukan lalu Aku menghindarinya. Jadi Aku bisa memperbaiki diriku lewat kesalahan orang lain." Jika kalian bisa menerima semua orang sebagai pemandu kalian, bahkan seorang yang jahat pun dapat memandumu. Dengan mengamati dan melihat kesalahan yang dilakukannya, maka kalian berhenti.
Orang-orang di kota kini mengejek Ahmad al-Badawi, yang kelihatannya seperti orang gila setelah sebelumnya menjadi ulama yang terkemuka. Karena keterbatasan pengetahuan spiritual mereka, mereka berpikir bahwa dia benar-benar sakit. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa dia mengikuti seseorang yang membuatnya gila, tetapi Ahmad al-Badawi tahu bahwa dia telah mendengar suara Tuhannya yang mengatakan bahwa, "Kuncimu ada pada orang itu." Tidak ada yang membuatnya gila. Dia mengikuti orang itu.
Tetapi bila dia menerimanya sejak awal, ketika pemandu itu datang untuk pertama kalinya atas Kehendak Allah, dia tidak harus melewati ujian ini. Jadi mengapa kalian membuat diri kalian harus melewati ujian yang sama? Bila kalian menemukan kebenaran, seorang pemandu yang benar, terimalah dia dengan segera! Jangan bermain-main dengan ego kalian.
Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi dan muncul kembali di waktu yang lain. Dalam kurun waktu tersebut Ahmad al-Badawi terus mencarinya dan ketika dia bertemu kembali, Ahmad al-Badawi berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menemukanmu lagi." Saat itu sang pemandu memandang mata Ahmad al-Badawi dan memancarkan sesuatu dari lubuk hatinya kepada hati Ahmad al-Badawi melalui matanya. Pada saat itu terjadi transfer pengetahuan internal spritual, pengetahuan dari Kitab Allah dan rahasia-rahasianya. Pemandu itu melakukannya 3 kali sampai mata Ahmad al-Badawi memancarkan sinar yang begitu kuat bahkan orang tidk akan kuat melihat matanya. Oleh sebab itu dia menutup wajahnya dengan cadar. Saat itulah dia bisa memasuki Kehadirat Ilahi dan dia menerima kuncinya.
Tanpa bantuan pemandu sejati (Mursyid Kamil), kalian tidak akan bisa mencapai Kehadirat Nya. Dialah yang akan membukakan pintu bagimu ke mana pun kalian akan pergi. Ahmad al-Badawi adalah seorang ulama besar yang mengetahui banyak hal. Dia bangga dengan pengetahuannya itu dan tidak mau menerima pelajaran dari orang lain. Dia hanya mau mengambil langsung dari posisi Yang Maha Tinggi. Dia tidak melihat ada yang lebih tinggi darinya kecuali Tuhan.
Bagaimana mungkin dia akan mengambil pelajaran dari orang lain? Berarti tidak ada sifat rendah hati pada dirinya. Dia telah kehilangan satu dari tiga karakteristik yang diperlukan oleh hamba Allah. Dia mempunyai rasa hormat, dia juga mencintai sesamanya, tetapi dia tidak mempunyai kerendahan hati untuk menerima nasihat dari orang lain. Dan karena dia telah kehilangan satu karakteristik itu, seolah-olah dia tidak mengalami kemajuan lagi.
Seorang Wali, seorang guru harus memiliki karakteristik hormat, cinta dan rendah hati. Jika kalian melihat salah satunya tidak ada, maka dia bukanlah seorang pemandu sejati. Dia hanya akan membawa kalian ke jarak tertentu seperti yang kita lihat pada diri Ahmad al-Badawi yang bisa mencapai Tuhan sampai pada jarak tertentu, namun tidak bisa membukanya. Dia membutuhkan seseorang yang mempunyai kunci tetapi ketika ditemukan dia tidak menerimanya langsung karena kesombongannya. Dia terlalu banyak memikirkan dirinya. Akhirnya dia menerima juga setelah mendengar langsung dari Tuhannya, tetapi dia harus melewati ujian tertentu. Jika pada mulanya dia langsung menerimanya tanpa melalui rasa bangga terhadap dirinya, pintu itu segera terbuka baginya tanpa harus melewati ujian selama 2 tahun.
Bila kalian menemukan seorang pemandu dan hatimu merasa senang dengan kehadirannya, jangan dengarkan egomu. Katakan kepada ego, "Kau salah! Apa ruginya jika Aku menerimanya sebagai guru?" Kalian tidak akan kehilangan apa pun. Bila kalian menunjukkan sifat rendah hati, ini cukup bagi Allah untuk menaikkan kalian. Jika Saya datang dan mengatakan, 'Si Anu dan si Anu' adalah Syaikh Saya, dan Saya telah berbay'at dengannya. Apa salahnya? Saya menerimanya dan Saya menunjukkan kerendahan hati, Allah akan menaikkan Saya.
Mempunyai sifat rendah hati adalah sangat penting. Jika kalian bersifat rendah hati, kalian akan menerima semua orang sebab setiap orang dapat menjadi pemandu bagimu. Ada sebuah peribahasa di Turki yang berupa pertanyaan kepada seseorang yang baik, "Dari mana Engkau belajar perilaku yang sempurna dalam masyarakat?" jawabnya, "Dari orang-orang yang bersalah. Aku mengamatinya, melihat kesalahan yang mereka lakukan lalu Aku menghindarinya. Jadi Aku bisa memperbaiki diriku lewat kesalahan orang lain." Jika kalian bisa menerima semua orang sebagai pemandu kalian, bahkan seorang yang jahat pun dapat memandumu. Dengan mengamati dan melihat kesalahan yang dilakukannya, maka kalian berhenti.
Tarekatnya:
Dia mengambil bay'ah dari Syaikh Ibnu 'Abdullah al-Naysaburi (Radi Allah Anhu), dari yang ada rantai dari tujuh syekh yang menerima bay'a dari al-Imam Dawud al-Ta'iy yang menerimanya dari Habib Allah al-'Ajami yang diterima dari Master Tabi'een, al-Hasan al-Basri, yang menerimanya dari Sayyiduna 'Ali, semoga Allah menerangi wajahnya, yang menerimanya dari al-Mustafa, Rasulullah, mungkin Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian.
Karomah Ahmad BadawiDia mengambil bay'ah dari Syaikh Ibnu 'Abdullah al-Naysaburi (Radi Allah Anhu), dari yang ada rantai dari tujuh syekh yang menerima bay'a dari al-Imam Dawud al-Ta'iy yang menerimanya dari Habib Allah al-'Ajami yang diterima dari Master Tabi'een, al-Hasan al-Basri, yang menerimanya dari Sayyiduna 'Ali, semoga Allah menerangi wajahnya, yang menerimanya dari al-Mustafa, Rasulullah, mungkin Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian.
Kendati karomah bukanlah satu-satunya ukuran tingkat kewalian seseorang, tidak ada salahnya disebutkan beberapa karomah Syaikh Badawi sebagai petunjuk betapa agungnya wali yang satu ini.
Al-kisah ada seorang Syaikh yang hendak bepergian. Sebelum bepergian dia meminta pendapat pada Syaikh al-Badawi yang sudah berbaring tenang di alam barzakh. "Pergilah, dan tawakkallah kepada Allah SWT" tiba-tiba terdengar suara dari dalam makam Syekh Badawi. Syaikh Sya'roni berkomentar, "Saya mendengar perkataan tadi dengan telinga saya sendiri ".
Tersebut Syaikh Badawi suatu hari berkata kepada seorang laki-laki yang memohon petunjuk dalam berdagang. "Simpanlah gandum untuk tahun ini. Karena harga gandum nanti akan melambung tinggi, tapi ingat, kamu harus banyak bersedekah pada fakir miskin". Demikian nasehat Syekh Badawi yang benar-benar dilaksanakan oleh laki-laki itu. Setahun kemudian dengan izin Allah kejadiannya terbukti benar.
Setiap
hari, dari pagi hingga sore, ia menatap matahari, sehingga kornea
matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir
terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit,
bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat
dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan
dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat,
bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari
kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan
riyadhohnya, ia pernah tinggal di loteng negara Thondata selama 12
tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riadhoh siang dan
malam. Ia hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya di
kota Tonto, setiap waktu tak pernah sepi dari peziarah.
Pada usia dini ia telah hafal Al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah Waliullah Qutbol Gaust, Assayyid, Assyarif Ahmad al Badawi. Suatu hari, ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya, Sjech Abdul Qodir Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Sayyid Ahmad Rifai, dengan lembut, dan menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil kunci kecuali dari Al Fattah (Allah )”.
Suatu hari datang kepadanya, seorang janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan sang ibu ingin agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh Sayyidi Ahmad Al Badawi, janda itu disuruhnya untuk pulang, dan berkata sayidi : “Insya Allah anak ibu sudah berada dirumah”. Bergegas sang ibu menuju rumahnya, dan betapa bahagia, bercampur haru, dan penuh keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah dalam keadaan terbelenggu. Sayyidi al badawi banyak menolong orang yang ditahan secara Dholim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua pulang ke rumahnya dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu.
Pernah suatu ketika Syaikh Ibnul labban mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan Al-Qur’an dan iman Syaikh Ibnul labban menjadi hilang. Ia bingung dan berusaha dengan beristighosah dan meminta bantuan do’a, orang orang terkemuka di zaman itu (agar ilmu dan imannya kembali lagi), tetapi tidak satupun dari yang dimintainya doa, berani mencampuri urusannya, karena terkait dengan Sayyidi Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat itu Sayyidi Al Badawi telah wafat. Orang terkemuka yang dimintainya doa, hanya berani memberi saran kepada Syaikh Ibnul labban, agar dia menghadap Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka pada saat itu, dan kholifah sayyidi abil hasan Assadzili. Ibnu labban segera menemui Sjech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi Ahmad Al badawi. Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban, Syeikh Yaqut Arsyiy berangkat menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan berkata : “ Wahai guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada orang ini!”. Dari dalam makamnya, terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk mengembalikan tandanya orang miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul Labbanpun akhirnya bertaubat, dan tidak lama kemudian kembalilah ilmu dan imannya seperti sedia kala dan ia juga mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena peristiwa tersebut. Ia kemudian dinikahkan dengan putrinya Syeikh Yaqut. (Di ambil dari kitab al-Jaami’).
Syeikh Muhammad asy-Syanawi menceritakan, bahwa pada waktu itu ada orang yang tidak mau menghadiri dan bahkan mengingkari peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika hilanglah iman orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam. Orang itu kemudian berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan memohon maaf atas kesalahannya. Kemudian terdengarlah suara sayyidi Badawi dari dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat lagi. Na’am (iya) jawab orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu meneruskan ucapannya : “Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”. Dijawabnya : “Karena di dalam acara itu banyak orang laki-laki dan perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa ada garis pembatas). Sayyidi Badawi lalu mengatakan : “Di tempat thowaf sana, dimana banyak orang yang menunaikan ibadah haji disekitar Ka’bah, mereka juga bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku ini tidaklah ada yang menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan akan bagus taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan ikan-ikan di laut, semua itu dapat aku pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya sehingga menjadi aman dengan idzin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah Ta’ala, tidak akan memberi aku kekuatan untuk mampu menjaga dan memelihara keamanannya orang-orang yang menghadiri acara maulidku itu ?”
Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiqil berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan ia bertanya kepada beliau : “Mengapa engkau tidak pernah sholat, yang demikian itu bukanlah perjalanannya para shalihin“. Lalu beliau menjawab : “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan di tendanglah Syeikh Daqiqil oleh beliau hingga berada disuatu pulau yang luas dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah sadar, iapun termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi nasehat agar jangan mengganggu orang type al-Badawi, dan sekarang kamu berjalanlah menuju qubah yang terlihat itu, nanti jika sudah tiba di sana kau berhentilah di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan ikutlah shalat berjamaah dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti Ahmad Badawi akan ikut di dalamnya. Setelah bertemu dia ucapkanlah salam, peganglah lengan bajunya dan mohonlah ampun atas ucapanmu tadi. Ia menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain adalah Nabiyullah Khidir a.s. Setelah semua nasehatnya dilaksanakan, betapa terkejutnya ia karena yang menjadi imam sholat waktu itu adalah Sayyidi Badawi. Setelah selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan menarik lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang tadi. Dan berkatalah Sayyidi Badawi sambil menendang Syeikh Daqiqil,” Pergilah sana murid-muridmu sudah menantimu dan jangan kau ulangi lagi!. Seketika itu juga ia sudah sampai di rumahnya dan murid-muridnya telah menunggu kedatangan Syeikh Daqiqil. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum sholat berjamaah dengan Sayyidi Badawi pada kejadian itu adalah para wali.
Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada seorang Syeikh yang setiap akan bepergian selalu berziarah di makamnya Syeikh Ahmad al Badawi untuk minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan jelas :”Ya pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian tersebut didengar juga oleh Syeikh abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu Syeikh Ahmad al Badawi sudah meninggal 200 tahun silam, jadi para aulia’ itu walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa memberi petunjuk.
Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi : Setengah dari keindahan keramat beliau ialah, pada saat banyaknya orang yang ingin berusaha membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang tersebut menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau mau menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat pada masa itu, Syeikh Yahya tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang tersebut melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang rajapun berusaha membujuk agar Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk membatalkan maulidnya Sayyidi Badawi. Akan tetapi Syeikh Yahya tetap tidak mau dan hanya bersedia memberikan fatwa melarang keharaman-haraman yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap dilaksanakan seperti biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku tetap tak berani sama sekali berfatwa yang demikian, karena Sayyidi Badawi adalah wali yang agung dan seorang fanatik (malati = bahasa jawanya). Hai raja, tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi. Memang benar, tak lama kemudian mereka yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi tertimpa bencana. Orang-orang tersebut ada yang dicopot jabatannya dan diasingkan oleh rajanya. Ada yang melarikan diri ke Dimyath akan tetapi kemudian ditarik kembali dan diberi pengajaran, dirantai dan dipenjara selama setengah bulan. Bahkan diantara mereka yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak yang ditangkap, disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di depan majlis hakim syara’ lalu dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara Maghrib.
Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata kepada seseorang : “Bahwa pada tahun ini hendaknya kamu menyimpan gandum yang banyak yang tujuanmu nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab nanti akan terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa yang diperintahkan beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan Sayyidi Badawi.
Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun 948 H aku ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya Sayyidi Badawi. Lalu ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada waktu peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya : “Mana Abdul Wahhab Sya’roni, kenapa tidak datang ?” Pada suatu tahun, al-Imam Sya’roni juga pernah berkeinginan tidak akan mendatangi maulid beliau. Lalu aku melihat beliau memegang pelepah kurma hijau sambil mengajak orang-orang dari berbagai negara. Jadi orang-orang yang berada dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak sekali tak terhingga jumlahnya. Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi Badawi berkata : “Kenapa kamu tidak berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan, jawabku. Sakit tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku diperlihatkan orang banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan merangkak dan memakai kain kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi Badawi menghadiri maulid beliau. Terus aku juga diperlihatkan jama’ah dan sekelompok tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu juga ikut datang menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah ! itu semua tidak ada yang mau ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk mau menghadiri, dan aku berkata : Insya Allah aku hadir tuan guru ?. Kalau begitu kamu harus dengan pendamping, jawab sayyidi Badawi. Kemudian beliau memberi aku dua harimau hitam besar dan gajah, yang dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum sampai di tempat. Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy-Syanawi, beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak orang-orang itu dengan perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi langsung dengan sendirinya menyuruh orang-orang mengajak datang. Sungguh banyak keramat beliau, hingga al-Imam Sya’roni mengatakan, ”Seandainya keajaiban atau keramat-keramat beliau kalau ditulis di dalam buku tidaklah akan muat karena terlalu banyaknya." Tetapi ada peninggalan Syeikh ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan sholawat badawiyah sughro dan sholawat badawiyah kubro.
Pada usia dini ia telah hafal Al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah Waliullah Qutbol Gaust, Assayyid, Assyarif Ahmad al Badawi. Suatu hari, ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya, Sjech Abdul Qodir Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Sayyid Ahmad Rifai, dengan lembut, dan menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil kunci kecuali dari Al Fattah (Allah )”.
Suatu hari datang kepadanya, seorang janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan sang ibu ingin agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh Sayyidi Ahmad Al Badawi, janda itu disuruhnya untuk pulang, dan berkata sayidi : “Insya Allah anak ibu sudah berada dirumah”. Bergegas sang ibu menuju rumahnya, dan betapa bahagia, bercampur haru, dan penuh keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah dalam keadaan terbelenggu. Sayyidi al badawi banyak menolong orang yang ditahan secara Dholim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua pulang ke rumahnya dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu.
Pernah suatu ketika Syaikh Ibnul labban mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan Al-Qur’an dan iman Syaikh Ibnul labban menjadi hilang. Ia bingung dan berusaha dengan beristighosah dan meminta bantuan do’a, orang orang terkemuka di zaman itu (agar ilmu dan imannya kembali lagi), tetapi tidak satupun dari yang dimintainya doa, berani mencampuri urusannya, karena terkait dengan Sayyidi Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat itu Sayyidi Al Badawi telah wafat. Orang terkemuka yang dimintainya doa, hanya berani memberi saran kepada Syaikh Ibnul labban, agar dia menghadap Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka pada saat itu, dan kholifah sayyidi abil hasan Assadzili. Ibnu labban segera menemui Sjech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi Ahmad Al badawi. Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban, Syeikh Yaqut Arsyiy berangkat menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan berkata : “ Wahai guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada orang ini!”. Dari dalam makamnya, terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk mengembalikan tandanya orang miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul Labbanpun akhirnya bertaubat, dan tidak lama kemudian kembalilah ilmu dan imannya seperti sedia kala dan ia juga mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena peristiwa tersebut. Ia kemudian dinikahkan dengan putrinya Syeikh Yaqut. (Di ambil dari kitab al-Jaami’).
Syeikh Muhammad asy-Syanawi menceritakan, bahwa pada waktu itu ada orang yang tidak mau menghadiri dan bahkan mengingkari peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika hilanglah iman orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam. Orang itu kemudian berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan memohon maaf atas kesalahannya. Kemudian terdengarlah suara sayyidi Badawi dari dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat lagi. Na’am (iya) jawab orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu meneruskan ucapannya : “Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”. Dijawabnya : “Karena di dalam acara itu banyak orang laki-laki dan perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa ada garis pembatas). Sayyidi Badawi lalu mengatakan : “Di tempat thowaf sana, dimana banyak orang yang menunaikan ibadah haji disekitar Ka’bah, mereka juga bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku ini tidaklah ada yang menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan akan bagus taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan ikan-ikan di laut, semua itu dapat aku pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya sehingga menjadi aman dengan idzin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah Ta’ala, tidak akan memberi aku kekuatan untuk mampu menjaga dan memelihara keamanannya orang-orang yang menghadiri acara maulidku itu ?”
Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiqil berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan ia bertanya kepada beliau : “Mengapa engkau tidak pernah sholat, yang demikian itu bukanlah perjalanannya para shalihin“. Lalu beliau menjawab : “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan di tendanglah Syeikh Daqiqil oleh beliau hingga berada disuatu pulau yang luas dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah sadar, iapun termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi nasehat agar jangan mengganggu orang type al-Badawi, dan sekarang kamu berjalanlah menuju qubah yang terlihat itu, nanti jika sudah tiba di sana kau berhentilah di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan ikutlah shalat berjamaah dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti Ahmad Badawi akan ikut di dalamnya. Setelah bertemu dia ucapkanlah salam, peganglah lengan bajunya dan mohonlah ampun atas ucapanmu tadi. Ia menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain adalah Nabiyullah Khidir a.s. Setelah semua nasehatnya dilaksanakan, betapa terkejutnya ia karena yang menjadi imam sholat waktu itu adalah Sayyidi Badawi. Setelah selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan menarik lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang tadi. Dan berkatalah Sayyidi Badawi sambil menendang Syeikh Daqiqil,” Pergilah sana murid-muridmu sudah menantimu dan jangan kau ulangi lagi!. Seketika itu juga ia sudah sampai di rumahnya dan murid-muridnya telah menunggu kedatangan Syeikh Daqiqil. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum sholat berjamaah dengan Sayyidi Badawi pada kejadian itu adalah para wali.
Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada seorang Syeikh yang setiap akan bepergian selalu berziarah di makamnya Syeikh Ahmad al Badawi untuk minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan jelas :”Ya pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian tersebut didengar juga oleh Syeikh abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu Syeikh Ahmad al Badawi sudah meninggal 200 tahun silam, jadi para aulia’ itu walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa memberi petunjuk.
Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi : Setengah dari keindahan keramat beliau ialah, pada saat banyaknya orang yang ingin berusaha membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang tersebut menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau mau menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat pada masa itu, Syeikh Yahya tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang tersebut melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang rajapun berusaha membujuk agar Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk membatalkan maulidnya Sayyidi Badawi. Akan tetapi Syeikh Yahya tetap tidak mau dan hanya bersedia memberikan fatwa melarang keharaman-haraman yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap dilaksanakan seperti biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku tetap tak berani sama sekali berfatwa yang demikian, karena Sayyidi Badawi adalah wali yang agung dan seorang fanatik (malati = bahasa jawanya). Hai raja, tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi. Memang benar, tak lama kemudian mereka yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi tertimpa bencana. Orang-orang tersebut ada yang dicopot jabatannya dan diasingkan oleh rajanya. Ada yang melarikan diri ke Dimyath akan tetapi kemudian ditarik kembali dan diberi pengajaran, dirantai dan dipenjara selama setengah bulan. Bahkan diantara mereka yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak yang ditangkap, disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di depan majlis hakim syara’ lalu dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara Maghrib.
Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata kepada seseorang : “Bahwa pada tahun ini hendaknya kamu menyimpan gandum yang banyak yang tujuanmu nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab nanti akan terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa yang diperintahkan beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan Sayyidi Badawi.
Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun 948 H aku ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya Sayyidi Badawi. Lalu ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada waktu peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya : “Mana Abdul Wahhab Sya’roni, kenapa tidak datang ?” Pada suatu tahun, al-Imam Sya’roni juga pernah berkeinginan tidak akan mendatangi maulid beliau. Lalu aku melihat beliau memegang pelepah kurma hijau sambil mengajak orang-orang dari berbagai negara. Jadi orang-orang yang berada dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak sekali tak terhingga jumlahnya. Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi Badawi berkata : “Kenapa kamu tidak berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan, jawabku. Sakit tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku diperlihatkan orang banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan merangkak dan memakai kain kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi Badawi menghadiri maulid beliau. Terus aku juga diperlihatkan jama’ah dan sekelompok tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu juga ikut datang menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah ! itu semua tidak ada yang mau ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk mau menghadiri, dan aku berkata : Insya Allah aku hadir tuan guru ?. Kalau begitu kamu harus dengan pendamping, jawab sayyidi Badawi. Kemudian beliau memberi aku dua harimau hitam besar dan gajah, yang dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum sampai di tempat. Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy-Syanawi, beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak orang-orang itu dengan perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi langsung dengan sendirinya menyuruh orang-orang mengajak datang. Sungguh banyak keramat beliau, hingga al-Imam Sya’roni mengatakan, ”Seandainya keajaiban atau keramat-keramat beliau kalau ditulis di dalam buku tidaklah akan muat karena terlalu banyaknya." Tetapi ada peninggalan Syeikh ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan sholawat badawiyah sughro dan sholawat badawiyah kubro.
Shalawat Al-Badawiyah
Ada
banyak manfaat dari selawat Nabi (saw), pujian kepada Sayyidina
Muhammad (saw). Jika Allah dan para malaikatnya memuji Sayyidina
Muhammad (saw), manfaat macam apa yang akan kalian dapatkan jika kalian
memujinya? Kami jelaskan kemarin dan sebelumnya mengenai selawat
Sayyidina Ahmad al-Badawi di mana Muhammad al-Talmaysani telah
mengkhatamkan Dalail al-Khayrat 100,000 kali, dan ia berjumpa dengan
Nabi (saw) di dalam mimpinya.
Nabi (saw) mengatakan, “Wahai Muhammad al-Talmaysani, jika engkau membaca Selawat an-Nuraniyya dari Ahmad al-Badawi, itu seakan-akan engkau telah mengkhatamkan 800,000 kali Dalail al-Khayrat.” Dan kita belum lagi mengatakan tentang pahala dari membaca Dalail al-Khayrat. Jadi ada pahala yang tak terhingga dari pembacaan Dalail al-Khayrat, dan ia telah membacanya 100,000 kali dan Nabi (saw) berkata bahwa jika ia membaca selawat itu, ia akan mendapatkan 800,000 kali lipat lebih banyak. Dan Nabi (saw) menyebutkan doa shalawat Sayyidina Ahmad al-Badawi dan itu berbunyi:
Nabi (saw) mengatakan, “Wahai Muhammad al-Talmaysani, jika engkau membaca Selawat an-Nuraniyya dari Ahmad al-Badawi, itu seakan-akan engkau telah mengkhatamkan 800,000 kali Dalail al-Khayrat.” Dan kita belum lagi mengatakan tentang pahala dari membaca Dalail al-Khayrat. Jadi ada pahala yang tak terhingga dari pembacaan Dalail al-Khayrat, dan ia telah membacanya 100,000 kali dan Nabi (saw) berkata bahwa jika ia membaca selawat itu, ia akan mendapatkan 800,000 kali lipat lebih banyak. Dan Nabi (saw) menyebutkan doa shalawat Sayyidina Ahmad al-Badawi dan itu berbunyi:
اللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ
الأَصْلِ النُّورَانِيَّةِ . وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ .
وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ اْلإِنْسَانِيَّةِ . وَأَشْرَفِ الصُّوْرَةِ
الْجِسْمَانِيَّةِ .
وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ . وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ الْإِصْطِفَائِيَّةِ . صَاحِبِ الْقَبْضَةِ الأَصْلِيَّةِ . وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ . مَنِ انْدَرَجِتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ فَهُمْ مِنْهُ وَإِلَيْهِ .
وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلِيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ . عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً كَثِيراً وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ . وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ الْإِصْطِفَائِيَّةِ . صَاحِبِ الْقَبْضَةِ الأَصْلِيَّةِ . وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ . مَنِ انْدَرَجِتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ فَهُمْ مِنْهُ وَإِلَيْهِ .
وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلِيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ . عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً كَثِيراً وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Allāhumma shalli wa sallim wa barik `alā Sayyīdinā wa mawlānā Muħammadin syajarati ’l-ashli ’n-nūrānīyyati wa lam`ati ’l-qabdhati ’r-raħmānīyyati wa afdhali ’l-khalīqati ’l-insānīyyati wa asyrafi ’sh-shūrati ’l-jasmānīyyati, wa ma`dinil asraarir-rabbaniyyati, wa khazaa-inil `uluumil ishthifaaiyyati, shāħibi ’l-qabdhati ’l-ashlīyyati wa ’l-bahjati ’s-sanīyyati, wa ’r-rutbati ’l-`alīyyati mani ’ndarajati ’n-nabīyyūna taħta liwā’ihi, fahum minhu wa ilayh. Wa shalli wa sallim wa bārik `alayhi wa `alā ālihi wa shaħbihi `adada mā khalaqta wa razaqata wa amatta wa aħyayta ilā yawmi tab`atsu man afnayta wa sallim taslīman katsīran wa ’lħamdulillāhi rabbi ’l-`ālamīn.Ya Allah berikanlah rahmat ta’dzim, keselamatan, berkah atas pimpinan kita Nabi Muhammad SAW, kekayaan asal yang berasal dari cahaya sinar kekuasaan Allah yang penuh keutamaan dengan kasih sayang kepada sebaik-baiknya manusia utama, yang mulia dari simpanan sirri ketuhanan, gudangnya ilmu yang terpilih, yang mempunyai genggaman asal sinar yang luhur derajat dan kedudukan yang tinggi, dia Nabi bagi para nabi, dan Nabi lain berada di bawah naungan benderanya. Kepadanya berikanlah rahmat ta’dhim, keselamatan, dan berkah ke atas Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya sejumlah mahluk yang Engkau ciptakan, Engkau adalah pemberi Rezeki, yang memberi mati, yang memberi hidup, sampai hari Engkau Membangunkan mereka yang sudah mati dari kuburnya. Dan berikanlah keselamatan dan salam dengan salam yang melimpah dan tak terbatas hingga besok hari kiamat. Kemuliaan dan pujian hanya milik Allah, Tuhan semesta alam!
Shalawat
ini disusun oleh Syaikh Ahmad al-Badawi ini, terkenal dengan shalawat
al-Badawiyah al-Kubra. Diriwayatkan oleh Hasan ibn Muhammad Qahhi di
dalam kitab Talkhiis al-Ma`aarif fii targhiib Muhammad `Aarif bahwa
seorang wali yang bernama Muhammad Talmaysani telah membaca Dalail
al-Khairat 100.000 kali. Setelah selesai Nabi shallallahu alaihi wa
sallam mendatanginya di dalam mimpi dan berkata kepadanya, “Jika engkau
membaca bacaan Ahmad al-Badawi, seolah-olah engkau telah membaca Dalail
al-Khayrat 800.000 kali.”
Sebagian ulama berkata : "Barang siapa membaca Sholawat Badawi Kubro ini sebanyak seratus kali disertai suci dari hadas, ia akan diberi rizki yang mudah oleh Allah dalam segala urusan perkaranya"
Menurut Al Arif Billah Habib Ali bin Abdurahman Al Habsy dalam kitabnya : "Keutamaan Sholawat", bahwa sebagian ulama mengatakan: "Barang siapa yang membaca Sholawat Badawy Kubro sebanyak 3x maka pahalanya seperti orang membaca Dalail al-Khoirot hingga khatam"
Dan tata cara yang lainnya adalah: membacanya 5 kali seusai shalat fardlu dan 7 kali setiap mau tidur. Fadilahnya, ia akan terhindar ari sihir dan segala kejahatan lahir batin, dimudahkannya rizki, dan mendapat cahaya batin serta terbuka beberapa rahasia ghoib.
Shalawat lain yang dinisbatkan kepada beliau adalah shalawat al-Anwar:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ.
Shalawat ini mujarab untuk mendapatkan hajat dan keinginan, tesingkapnya kesusahan, terhindar dari kesulitan dan juga dihasilkannya cahaya dan rahasia-rahasia ghaib. Menurut guru kami KH. A. Sadid Jauhari, shalawat ini juga memberikan manfaat berupa diberikannya putra-putri yang sholeh dan sholehah, berguna bagi umat. Menurut beliau diantara sebab pendiri PP. Al-Anwar menamai pondoknya dengan Al-Anwar, karena tafa'ulan terhadap shalawat ini, dan karena pendahalu pendiri istiqamah dalam membaca shalawat al-Anwar ini.
Sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi wafat di Thanta pada hari selasa 12 Rabiul Awal 675 H / 24 Agustus 1276 M, saat berusia 79 tahun. Dari tangannya muncul banyak wali-wali abdal dan Quthub. Allahumansyur nafahatir ridlwani alaih, wa amiddana bil asrarillati auda'taha ladaih. Amin
Syekh Badawi wafatSebagian ulama berkata : "Barang siapa membaca Sholawat Badawi Kubro ini sebanyak seratus kali disertai suci dari hadas, ia akan diberi rizki yang mudah oleh Allah dalam segala urusan perkaranya"
Menurut Al Arif Billah Habib Ali bin Abdurahman Al Habsy dalam kitabnya : "Keutamaan Sholawat", bahwa sebagian ulama mengatakan: "Barang siapa yang membaca Sholawat Badawy Kubro sebanyak 3x maka pahalanya seperti orang membaca Dalail al-Khoirot hingga khatam"
Dan tata cara yang lainnya adalah: membacanya 5 kali seusai shalat fardlu dan 7 kali setiap mau tidur. Fadilahnya, ia akan terhindar ari sihir dan segala kejahatan lahir batin, dimudahkannya rizki, dan mendapat cahaya batin serta terbuka beberapa rahasia ghoib.
Shalawat lain yang dinisbatkan kepada beliau adalah shalawat al-Anwar:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ.
Shalawat ini mujarab untuk mendapatkan hajat dan keinginan, tesingkapnya kesusahan, terhindar dari kesulitan dan juga dihasilkannya cahaya dan rahasia-rahasia ghaib. Menurut guru kami KH. A. Sadid Jauhari, shalawat ini juga memberikan manfaat berupa diberikannya putra-putri yang sholeh dan sholehah, berguna bagi umat. Menurut beliau diantara sebab pendiri PP. Al-Anwar menamai pondoknya dengan Al-Anwar, karena tafa'ulan terhadap shalawat ini, dan karena pendahalu pendiri istiqamah dalam membaca shalawat al-Anwar ini.
Sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi wafat di Thanta pada hari selasa 12 Rabiul Awal 675 H / 24 Agustus 1276 M, saat berusia 79 tahun. Dari tangannya muncul banyak wali-wali abdal dan Quthub. Allahumansyur nafahatir ridlwani alaih, wa amiddana bil asrarillati auda'taha ladaih. Amin
Pada tahun 675 H sejarah mencatat kehilangan tokoh besar yang barangkali tidak tergantikan dalam puluhan tahun berikutnya. Syekh Badawi, pecinta ilahi yang belum pernah menikah ini beralih alam menuju tempat yang dekat dan penuh limpahan rahmat-Nya. Setelah dia meninggal, tugas dakwah diganti oleh Syaikh Abdul 'Al sampai dia meninggal pada tahun 773 H.
Beberapa waktu setelah kepergian wali pujaan ini, umat seperti tidak tahan, rindu akan kehadiran, petuah-petuahnya. Maka diadakanlah perayaan hari lahir Syaikh Badawi. Orang-orang datang mengalir bagaikan bah dari berbagai tempat yang jauh. Kerinduan, kecintaan, pengabdian mereka tumpahkan pada hari itu pada sufi agung ini. Hal inilah kiranya yang menyebabkan sebagian ulama dan pejabat waktu itu ada yang berkeinginan untuk meniadakan acara maulid. Tercatat satu tahun berikutnya perayaan maulid Syekh Badawi ditiadakan demi menghindari penyalahgunaan dan penyimpangan akidah. Namun itu tidak berlangsung lama, hanya satu tahun. Dan tahun berikutnya perayaan pun digelar kembali sampai sekarang.
DUSTUR YA SAYYIDI AHMAD AL BADAWI
Apa yang ada di Masjid Sidi Ahmad Badawi ???
Di Masjid Sidi Ahmad Badawi terletaknya lokasi Makam Syeikh Ahmad Badawi sendiri dan empat lagi Makam waliyullah, Masjid ini juga menyimpan bekas tapak kaki Rasulullah yang dikatakan dibawa oleh Sultan Salehuddin Al-Ayubi dari Madinah semasa zaman pemerintahan beliau, masjid ini juga mempunyai satu bilik keperluan Syeikh Ahmad Badawi sendiri yang menyimpan barang-barang keperluan Syeikh Ahmad Badawi serta janggut Rasulullah.
Antara barang yang tersimpan di dalam bilik keperluan Syeikh Ahmad Badawi:
1. Tasbih Syeikh Ahmad Badawi sepanjang 10 meter (999 biji sebesar biji tamar setiap satu)
2. Pakaian Syeikh Ahmad Badawi berwarna merah (20 kilogram)
3. Tongkat Syeikh Ahmad Badawi
4. Serban Syeikh Ahmad Badawi
5. Janggut Rasulullah
Komentar
Posting Komentar